Tampilkan postingan dengan label Sumenep. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Sumenep. Tampilkan semua postingan

Rabu, 30 Juli 2014

DAMAINYA HATI ASTA SAYYID YUSUF

Pulau talango ternyata menyimpan obyek wisata religi yang belum tergali secara maksimal, namun sayangnya belum banyak yang mengenal wisata religi asta sayyid yusuf, khususnya bagi masyarakat luar pulau madura,nah ini salah satu pilihan wisata religi di sumenep bagi anda yang berkunjung ke kabupaten sumenep.

Asta sayyid yusuf terletak di pulau poteran termasuk dalam kecamtan talango,untuk mencapai ke asta yusuf bisa memakai sepeda motor maupun mobil pribadi jarak dari Pusat kota ke asta sayyid yusuf berjarak 11 Km,karena berada di pulau poteran anda harus menyebrang dahulu dengan menggunakan tongkang yang memakan waktu kurang lebih 15 menit, tapi jangan khawatir anda akan jalan kaki tongkang muat 4 mobil sekaligus dalam sekali angkut. Di pintu masuk terdapat sovenir dan jajanan khas pulau tersebut di jamin anda merasa nyaman dan damai.

Menurut cerita turun temurun asal mula Asta Sayyid Yusuf bermula ketika Raja Sumenep yaitu Sri Sultan Abdurrahman Pangkutaningrat, beserta rombongannya yang terdiri dari para prajurit berangkat dari keraton Sumenep bermaksud menyebarkan agama islam ke pulau Bali.

Di tengah perjalanan Sri Sultan Abdurahman heran oleh Munculnya cahaya di tengah lautan dan karena penasaran maka Sri Sultan Abdurahman mendatangi cahaya tersebut ternyata sebuah sosok jenazah yang memancarkan sinar terang menderang maka dengan adany keajaiban tersebut dibawalah ke pulau Talango untuk dimakamkan, setelah dimakamkan secara islami maka sri Sultan Abdurrahman mendoakan Jenasah yang baru di makamkan namun tiba-tiba jatuhlah selembar daun kelor dengan bertuliskan “Hadz Maulana Sayyid Yusuf Bin Ali Bin Abdullah Al Hasan” karena yakin beliau adalah ulama yang mempunyai karomah luar biasa maka Sri Sultan Abdurahman membuatkan batu nisan atas nama beliau.

Di dalam areal makam tersebut terdapat sebuah pohon besar yang daunya lebat dan menanungi peziarah yang sedang berdoa di dalam makam asta sayyid yusuf,sebelum pohon besar itu tumbuh Sri Sultan Abdurahman menaungi makam tersebut dengan cungkup atau peneduh di atas makam tetapi lagi-lagi ada kejadian yang membuat pikiran manusia terdiam makam tersebut bergeser sedikit ke timur maka dari itu Sultan Abdurahman mengerti jika Makam tersebut tidak ingin diberi cungkup dan ingin menjadi makam yang terbuka dengan alam.

Satu tahun setelah kejadian tersebut Sri Sultan datang mengunjungi kuburan Sayyid Yusuf kembali dan membangun pendopo untuk tempat menerima tamu atau peristirahatan serta membangun masjid di sebelah selatan makam Sayyid Yusuf dan mulai itu juga maka dikenallah dengan sebutan Asta Sayyid Yusuf.

Untuk perhatian pemerintah belum begitu besar di karenakan untuk sampai ke pulau poteran masih memakai tongkang dan jalan sedikit mengalami kerusakan di tambah Parkir yang belum begitu luas,apabila di buat jembatan bukan tidak mungkin Asta Sayyid yusuf lebih di kenal oleh masyarakat luas

Minggu, 27 Juli 2014

Alunan musik saronen

SARONEN adalah musik Rakyat yang tumbuh berkembang di masyarakat Madura Harmonisasi yang dinamis, rancak, dan bertema keriangan dari bunyi yang dihasilkannya memang dipadukan dg karakteristik dan identitas masyarakat Madura yang tegas, polos, dan sangat terbuka mengilhami penciptanya . Saronen berasal dari bahasa Madura " sennenan " ( Hari Senin ).

Awal mulanya adalah seorang Kyai Khatib Sendang ( cicit Sunan Kudus) bertempat tinggal di Desa Sendang Kecamatan Pragaan ratusan tahun silam menggunakan musik ini sebagai media dakwah dalam mensyiarkan Agama Islam. Konon setiap hari pasaran yang jatuh pada setiap hari senin , Kyai Khatib Sendang dan para pengikutnya menghibur pengunjung pasar disertai penari berpakaian ala badut. Setelah para pengunjung pasar pada berkumpul , mulailah Kyai Khatib Sendang berdakwah memberi pemaparan tentang Islam dan kritik sosial. Gaya dakwah yang kocak humoris tapi mampu menggetarkan hati pengujung membuat masyarakat yang hadir tertarik langsung minta baiat masuk Islam.



Saronen yang umumnya di adakan di sekitar masyarakat Madura adalah ketika. Pertama. Ajang Sapi Sono (lomba kecantikan sapi) atau biasa di sebut sebagai “ Lotrengan” oleh orang Madura yaitu sebuah arisan sapi sono yang melombakan sapi.Biasanya saronen yang mengiringi sapi sono berada di belakang sapi sono sambil mengiringi dengan berjalan perlahan-lahan. Dalam prosesi ini akan terlihat keunikan tersendiri karena dengan sendirinya sapi akan menggerakkan tubuhnya seiring dengan alunan musik Saronen,
Kedua, Kerapan Sapi ; dalam acara ini Saronen berperan sebagai pengiring hiburan .Ketiga,Pernikahan; dalam acara pernikahan biasanya Saronen mengiringi pasangan pengantin yang menaiki kuda dan berarak mengitari perkarangan rumah atau jalan.Keempat,Nadzar ingin menziarahi kubur. Hal ini biasa di lakukan oleh masyarakat Madura pada zaman dahulu kala.Kelima,Khitanan yang terkadang di adakan dalam rangka hiburan semata.


Ciri khas musik SARONEN ini terdiri dari sembilan instrumen yang sangat khas, karena disesuaikan dengan nilai filosofis Islam yang merupakan kepanjangan tangan dari kalimat pembuka Alqur'anul Karim yaitu " BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM " yang kalau dilafalkan terdiri dari sembilan keccab. Kesembilan instrumen musik SARONEN ini terdiri dari : 1 saronen, 1 gong besar, 1 kempul, 1 satu kenong besar, 1 kenong tengahan, 1 kenong kecil, 1 korca, 1 gendang besar, 1 gendang dik-gudik ( gendang kecil ). Saronin itu berbentuk kerucut dari pohon jati dengan enam lubang berderet di belakang dan satu lubang di belakang. Seperti sebuah terompet, meskipun pada dasarnya saronen adalah satu alat yang serupa terompet. Namun orang-orang Madura menyebut nama saronen untuk keseluruhan permainan musik tersebut, sedangkan kostum Saronin mengalami pergeseran, dimana pada sekitar tahun 80-an kostum yang dipakai para pemain music saronen adalah kostum-kostum yang berkarakter, sedangkan sekarang mulai dirubah pada kostum-kostum yang berbau modern

 Dalam saronen  ini terdapat sembilan lubang yang berjejer dari atas ke bawah yang memiliki makna bahwa setiap manusia berdasarkan fitrahnya memiliki 9 lubang di setiap anggota tubuhnya. Berawal dari mata, hidung, kuping , mulut dan alat vital.






Selain itu juga berarti “ Bismillahirrahmanirrahim” yang mempunyai 9 suku kata ketika di ucapkan.dan ,hubungan makna Bismillahirrahmanirrahim dan 9 lubang pada Saronen adalah menyimbolkan seorang manusia yang pada hakikatnya tidak pernah lepas dari bacaan basmalah ketika hendak melakukan sesuatu. Saronen di tiup oleh mulut. .Bahan peniup Saronen adalah kulit kelapa yang keras (batok) dan pohon siwalan (ra kara) yang berbentuk seperti kumis. Jika bahan dari peniup tersebut merupakan bahan-bahan yang baik dan cermat ketika membuatnya maka di percayakan akan menghasilkan bunyi yang baik dan enak di dengar.




Yang menarik dan menjadi jiwa dari musik ini satu alat tiup berbentuk kerucut, terbuat dari kayu jati dengan enam lobang berderet di depan dan satu lubang di belakang. Sebuah gelang kecil dari kuningan mengaitkan bagian bawah dengan bagian atas ujungnya terbuat dari daun siwalan . Pada pangkal atas musik itu ditambah sebuah sayap dari tempurung menyerupai kumis , menambah kejantanan dan kegagahan peniupnya. Alat tiup yg mengerucut ini berasal dari Timur Tengah yang dimodifikasi bunyinya. Pada perhelatan selanjutnya musik saronen ini dipakai untuk mengiringi lomba kerapan sapi, kontes sapi sono', upacara ritual, resepsi pernikahan, kuda serek ( kencak ) dll.

keselarasan adat dan istiadat masjid agung sumenep

Masjid Agung Sumenep atau lebih terkenal dengan sebutan masjid jamik sumenep merupakan salah satu bangunan 10 masjid tertua dan mempunyai arsitektur yang khas di Nusantara ciri design yang dipengaruhi oleh gaya Islam, Cina dan Eropa,terletak di jantung kota Sumenep, tepatnya di depan Tamana Kota Adipura,dan saat ini telah menjadi salah satu landmark di Pulau Madura.



Menurut catatan sejarah Sumenep, Pembangunan Masjid Jamik Sumenep Dibangun Pada pemerintahan Panembahan Somala, dimulai pada tahun 1779 Masehi dan selesai 1787 Masehi. Bangunan ini merupakan salah satu bangunan pendukung Karaton, yakni sebagai tempat ibadah bagi keluarga Karaton dan Masyarakat, masjid ini adalah masjid kedua yang dibangun oleh keluarga keraton, dimana sebelumnya kompleks masjid berada tepat di belakang keraton yang lebih dikenal dengan nama Masjid laju yang dibangun oleh Kanjeng R Tumenggung Ario Anggadipa, penguasa Sumenep XX.Masjid ini dibangun setelah pembangunan Kraton Sumenep dengan arsitek yang sama dengan pembangunan Kraton yaitu, Lauw Piango. Masjid ini mulai dibangun sejak tahun 1198 H atau 1779 Masehi dan selesai pada tahun 1206 H atau 1787 M.

Arsitektur bangunan masjid sendiri, secara garis besar banyak dipengaruhi unsur kebudayaan Tiongkok, Eropa, Jawa, dan Madura, salah satunya pada pintu gerbang pintu masuk utama masjid yang corak arsitekturnya bernuansa kebudayaan Tiongkok. Untuk Bangunan utama masjid secara keseluruhan terpengaruh budaya Jawa pada bagian atapnya dan budaya Madura pada pewarnaan pintu utama dan jendela masjid, sedangkan interior masjid lebih cenderung bernuansa kebudayaan Tiongkok pada bagian mihrab.

Masjid ini juga dilengkapi minaret yang desain arsitekturnya terpengaruh kebudayaan Portugis, minaretnya mempunyai tinggi 50 meter terdapat di sebelah barat masjid, dibangun pada pemerintahan Kanjeng Pangeran Aria Pratingkusuma. Di kanan dan kiri pagar utama yang masif juga terdapat bangunan berbentuk kubah. Pada Masa pemerintahan Kanjeng Tumenggung Aria Prabuwinata pagar utama yang cenderung masif dan tertutup, dimana semula dimaksudkan untuk menjaga ketenangan jema'ah dalam menjalankan ibadah diubah total berganti pagar besi.

Untuk Halaman Masjidnya sendiri terdapat pohon sawo (Bahasa Madura: Sabu) dan juga pohon tanjung. Dimana kedua pohon tersebut konon merupakan penghias utama halaman masjid karena dipercaya mempunyai makna filosofi sebagai berikut:
  • Sabu adalah penyatuan kata sa dan bu, sa mempunyai maksud shalat dan bu mempunyai maksud ja' bu-ambu
  • Tanjung adalah penyatuan kata ta dan jung, ta mempunyai maksud tandha, dan jung mempunyai maksud ajhunjhung
  • dan Masjid sendiri bermakna pusat kegiatan dalam mensyiarakan agama Allah.


mengadung maksud dan harapan sebagai berikut : Shalat ja' bu-ambu, tandha ajhunjhung tenggi kegiatan agama Allah artinya : Shalat lima waktu janganlah ditinggalkan, sebagai tanda menjunjung tinggi agama Allah SWT

Ukiran jawa dalam pengaruh berbagai budaya menghiasai 10 jendela dan 9 pintu besarnya. Bila diperhatikan ukiran di pintu utama masjid ini dipengaruhi budaya China, dengan penggunaan warna warna cerah. Disamping pintu depan mesjid sumenep terdapat jam duduk ukuran besar bermerk Jonghans, diatas pintu tersebut terdapat prasasti beraksara arab dan jawa.

Didalam mesjid terdapat 13 pilar yang begitu besar yang mengartikan rukun solat. Bagian luar terdapat 20 pilar. Dan 2 tempat khotbah yang begitu indah dan diatas tempat Khotbah tersebut terdapat sebuah pedang yang berasal dari Irak. Awalnya pedang tersebut terdapat 2 buah namun salah satunya hilang dan tidak pernah kembali.



Masjid jamik dan sekelilingnya memakai pagar tembok dengan pintu gerbang berbentuk gapura. Pintu Masjid Jamik berebentuk gapura asal kata dari bahasa arab "ghafura" yang artinya tempat pengampunan". Gapura ini syarat akan ornamen yang mempunyai banyak filosofi sebagai salah satu harapan dari sang Panembahan kepada rakyatnya ketika menjalankan ibadah.
 
Diatas gapura akan kita temui ornamen berbentuk dua lubang tanpa penutup, keduanya diibaratkan dua mata manusia yang sedang melihat. Lalu diatasnya juga terdapat ornamen segilima memanjang ketaatas, diibaratkan sebagai manusia yang sedang duduk dengan rapi menghadap arah kiblat dan dipisahkan oleh sebuah pintu masuk keluar masjid, yang mengisyaratkan bahwa apabila masuk atau keluar masjid harus memakai tatakrama dan harus meliha jangan sampai memisahkan kedua orang jema'ah yang sedang duduk bersama dan ketika imam masjid keluar menuju mimbar janganlah berjalan melangkahi leher seseorang.



Dikanan kiri gapura juga terdapat dua pintu berbentuk lengkung, keduanya mengibaratkan sebagai kedua telinga manusia. dimaksudkan agar para jema'ah masjid ketika dikumandangkannya adzan, bacaan alquran, ataupun disampaikannya khotbah haraplah bersikap bijak untuk tidak berbicara dan mendengarkannya dengan seksama. Disekeliling gapura juga terdapat ornamen rantai, hal ini dimaksudkan agar kaum muslim haruslah menjaga ikatan ukuwah islamiyah agar tidak bercerai berai.



Wasiat ini ditulis tahun 1806 M atau 19 tahun setelah bangunan Masjid ini selesai dibangun. Penulisan prasasti tersebut juga bertepatan dengan ditetapkannya Pangeran Abdurrachamn Tirtodiningrat putra Panembahan Somala sebagai Nadir Wakaf sebelum beliau naik tahta menjadi Adipati Sumenep XXXII.

Masjid ini adalah baitullah, berwasiat Pangeran Natakusuma penguasa Negeri/Karaton Sumenep. Sesungguhnya wasiatku kepada orang yang memerintah (penguasa) dan menegakkan kebaikan. Jika terdapat masjid ini sesudahku (keadaan) aib, maka perbaiki. Karena sesungguhnya masjid ini adalah wakaf, tidak boleh diwarisi dan tidak boleh dijual, dan tidak boleh dirusak.

eloknya pantai slopeng

Pantai Slopeng memiliki hamparan pasir yang membentang sepanjang 6 km. Pasir-pasir putih tersebut menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk bersantai di tepian pantai. Uniknya, tidak hanya hamparan pasir putih, tetapi pasir putih di pantainya menggunung. Anda bisa bermain pasir sepuasnya di sini.
Suasana tenang dan nyaman akan Anda dapatkan. Dengan lambaian pohon-pohon kelapa, nuansa pantai yang khas sangat terasa. Puas bersantai, saatnya bermain air. Air laut di Pantai Slopeng berwarna jernih dan bersih.

 

Pantai ini terletak di bagian utara Pulau Madura dan berjarak 21 km dari Kota Sumenep. Selain pasirnya yang putih, pantai ini tidak terlalu ramai oleh pengunjung. Sehingga memiliki suasana yang tenang dan cocok untuk berakhir pekan.
 
Suasana tenang dan nyaman akan Anda dapatkan. Dengan lambaian pohon-pohon kelapa, nuansa pantai yang khas sangat terasa. Puas bersantai, saatnya bermain air. Air laut di Pantai Slopeng berwarna jernih dan bersih.

Arus lautnya pun cukup tenang, jadi tak perlu takut diterpa arus yang kuat. Anda dapat menikmati lautan yang biru dengan pemandangan langit yang luas. Dengan tenangnya suasana, Anda akan betah berlama-lama menikmati pantainya.


Pesona Pantai Slopeng akan bertambah saat senja tiba. Ada sunset yang berwarna keemasan menyinari hamparan pasir putihnya. Bayangan Anda akan terlihat jelas saat berdiri di pantainya dengan disinari cahaya sang senja yang tenggelam. Pemandangan ini harus diabadikan dalam kamera.



Jika lapar, ada beberapa penjaja makanan di pinggir pantainya. Anda bisa memesan soto, sate, hingga air kelapa untuk mengobati rasa lapar. Ingat, jagalah selalu kebersihan di pantai ini.

Bila anda ingin menginap, di Pantai Slopeng telah disediakan penginapan yang diperuntukkan bagi wisatawan yang ingin menginap di Pantai Slopeng. Bila anda ingin menikmati suasana lebih mendalam, anda dapat menginap dengan mendirikan tenda di pinggir pantai Slopeng tentunya dengan ijin dari pihak pengelola. Mudah bukan. Tidak terlalu menguras kantong anda bahkan anda dapat mengajak keluarga atau teman anda untuk menikmati suasana Pantai Slopeng,

Akhir pekan kali ini, cobalah untuk mengunjungi Pantai Slopeng. Suasana yang tenang dibalut pantai cantik nan menawan, akan membuat liburan Anda menyenangkan.

Pantai Lombang

  1.  

Pantai Lombang di Kecamatan Batang-Batang adalah salah satu objek wisata terbaik di Kabupaten Sumenep. Tak heran jika wisatawan mancanegara (wisman) banyak yang terpikat dengan keindahan pantai dan cemara udangnya. Mengapa?

Desahan angin semilir di sertai gulungan ombak yang menyapu butiran pasir ditambah rimbunya pohon cemara udang menjadi poin tersendiri bagi wiasatawan baik wisatawan domestik maupun mancanegara dan tak kalah pentingnya keramahan masyarakat sekitar yang menyabut wisatawan dengan tangan terbuka.


Director Remote Destinations (salah satu biro perjalanan wisata di Jakarta) Leksmono Santoso kepada koran ini mengaku telah mengenalkan Pantai Lombang kepada wisman sejak 2000 lalu. Hampir setiap tahun dia membawa puluhan wisman untuk kamping di sana.

hamparan pasir putih dan pohon cemara udang di sepanjang Pantai Lombang tidak kalah dengan lokasi wisata di Bali. "Dari sejak awal saya punya keyakinan untuk mengenalkan pariwisata Indonesia bukan dari Bali, tapi lewat Sumenep saja melalui Pantai Lombang.


Sebenarnya, menurut dia, Pantai Lombang sudah layak "jual". Namun, yang sering dikeluhkan wisman adalah lamanya perjalanan dari Surabaya menuju Pantai Lombang yang memakan waktu sekitar enam jam ada rute penerbangan ke dan dari Sumenep-Surabaya, saya optimistis akan lebih banyak wisman yang akan mengunjungi Sumenep, khususnya Pantai Lombang," tandasnya..

Pemkab, rupanya, cukup serius merespon minat wisman terhadap objek wisata di Sumenep,dengan di bangunya fasilitas penunjang di pantai lombang dan juga di bangunya lapangan terbang trunojoyo tak lain dan tak bukan untuk memudahkan dan mempercepat waktu tempuh bagi wisatawan untuk menikmati panorama pantai lombang,sehingga di harapkan kedepany pariwisata lombeng menjadi ikon kabupaten sumenep.